Tulisan ini dipersembahkan untuk
diri pribadi dan semua orang yang membacanya, terkhusus bagi mereka yang masih
berada dalam zona "apakah ini cinta?"
Tak bisa menutup mata, zaman
sekarang kita hidup di masa yang menjadikan pacaran sebagai salah satu lifestyle yang dianggap keren diantara
anak-anak muda sampai dewasa. Mulai dari pacaran yang berpaham LDR (Long Distance Relationship), social media,
social messenger, secret admirer, pacaran
garis woles, sampai penganut paham garis keras yang mengerahkan segenap daya
dan upaya dalam pacaran.
sumber gambar |
Pertama, perasaan wanita memiliki
tingkat kepercayaan diri yang minim. Sering kali wanita berpikir bahwa tidak
ada orang yang akan menyukainya, tidak ada orang yang akan menyayanginya, tidak
ada orang yang akan peduli kepadanya, sampai berpikir tidak ada orang yang akan
menikahinya, dan berpikir hal-hal lain semacam itu. Sehingga wanita akan sangat
welcome kepada siapa saja yang
memberikan harapan atau bahkan mewujudkan hal-hal tersebut. Wanita juga akan
memberikan balasan yang lebih dari hal yang mereka dapatkan tersebut. Sering
pula wanita dengan cepat menghakimi seorang laki-laki itu baik atau buruk hanya
dari interaksi yang singkat. Padahal ia tidak pernah tahu apa isi/maksud
sebenarnya dalam hati laki-laki tersebut, ia hanya bisa menerka dan menggunakan
kemampuan merasanya yang “katanya” dalam.
Kedua, posisi laki-laki memiliki
sebuah fenomena unik terkait hormon miliknya, sering sekali hormon laki-laki
ini bergejolak ketika melihat wanita. Ketika melihat secara langsung wanita
yang berparas ayu, atau mungkin ketika melihat foto wanita cantik di sosmed.
Sering sekali hormon tersebut bangkit dan sering pula diatasnamakan cinta.
Bagaimana ketika paras ayu wanita tersebut terbakar oleh api sehingga merusak
total wajahnya, apakah laki-laki akan tetap merasakan cinta? Bagaimana ketika
foto wanita cantik di sosmed tadi hanya sebuah “maha karya” camera360 atau
aplikasi lain, apakah laki-laki akan tetap merasakan cinta? Atau justru jawaban
dari semua pertanyaan itu adalah mencari wanita yang lain? Padahal wanita
tersebut orang yang sama, ruh yang sama, jasad yang sama, tapi laki-laki bisa memiliki perasaan yang berbeda ketika
wanita tersebut “berubah”. Itulah efek hormon yang bergejolak tadi, atau bisa
kita sebut ia sebagai hawa nafsu.
Disinilah sering terjadi
kekeliruan antara cinta dan hawa nafsu. Celakanya hawa nafsu yang tersirat
dalam pacaran tersebut sering ditopengkan dengan nama cinta. Padahal tanpa
sadar, kita sedang saling menghancurkan kehidupan masing-masing, bahkan
beresiko menghancurkan kehidupan keluarga. Dan tetap semua itu disebut atas
nama cinta.
Pacaran itulah yang banyak
dilakukan terhadap hubungan yang seharusnya dirangkai menjadi indah. Pernikahan
seharusnya adalah hubungan yang indah. Namun karena beberapa laki-laki terlalu
banyak melihat paras ayu wanita di sosmed, TV, dan kehidupan sehari-hari. Juga
beberapa wanita yang begitu saja menyatakan rasa cinta mereka kepada laki-laki.
Sehingga akhirnya terkembangkan konsep palsu dalam pikiran kita semua tentang
apa itu hakikat cinta.
Aku tidak mengatakan bahwa kita
tidak boleh jatuh cinta, Islam mengajarkan cintah sangat indah dalam bingkai
pernikahan dan ukhuwah islamiyah. Namun penurunan moral yang disebut pacaran
tadi adalah sebuah hal yang berbeda.
Jika kalian merasa bahwa itu
adalah hal yang biasa-biasa saja, maka seharusnya kalian juga biasa saja dan
rela melihat anak kandung atau adik kandung kalian sedang bermesraan bersama
orang lain diluar hubungan pernikahan yang sah. Apakah kalian bisa menerima hal
tersebut? Tentu tidak, jika kalian masih memiliki setitik kesadaran dalam diri kalian.
Dan jika kalian masih memiliki
kesadaran dalam hati, maka kalian tahu apa yang harus kalian lakukan. #np Sherina Munaf - Pergilah Kau
Jika kalian pernah menjalin
hubungan seperti itu, atau kalian sedang berpacaran sekarang, tidak ada yang
tahu akan hal itu, hanya Allah dan kalian yang mengetahui dan menjawabnya
apakah itu benar atau salah.
## Tulisan ini dibuat setelah
mengalami beberapa perjalanan gelap yang penuh liku, kemudian melakukan beberapa
observasi mendalam dan cukup panjang. Tak ada maksud memojokkan beberapa pihak,
hanya ingin berbagi kebenaran. Untuk yang keberatan, tidak usah merasa marah
atau sewot, aku pun membuka sharing yang “sopan” agar bisa bertukar pikiran
terkait hal ini.
Dan di ujung tulisan ini, aku
meyakinkan diri akan berada di barisan garis woles. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar