Selasa, 24 November 2015

Pacaran itu Cinta

Tulisan ini dipersembahkan untuk diri pribadi dan semua orang yang membacanya, terkhusus bagi mereka yang masih berada dalam zona "apakah ini cinta?"

Tak bisa menutup mata, zaman sekarang kita hidup di masa yang menjadikan pacaran sebagai salah satu lifestyle yang dianggap keren diantara anak-anak muda sampai dewasa. Mulai dari pacaran yang berpaham LDR (Long Distance Relationship), social media, social messenger, secret admirer, pacaran garis woles, sampai penganut paham garis keras yang mengerahkan segenap daya dan upaya dalam pacaran.

sumber gambar


Pertama, perasaan wanita memiliki tingkat kepercayaan diri yang minim. Sering kali wanita berpikir bahwa tidak ada orang yang akan menyukainya, tidak ada orang yang akan menyayanginya, tidak ada orang yang akan peduli kepadanya, sampai berpikir tidak ada orang yang akan menikahinya, dan berpikir hal-hal lain semacam itu. Sehingga wanita akan sangat welcome kepada siapa saja yang memberikan harapan atau bahkan mewujudkan hal-hal tersebut. Wanita juga akan memberikan balasan yang lebih dari hal yang mereka dapatkan tersebut. Sering pula wanita dengan cepat menghakimi seorang laki-laki itu baik atau buruk hanya dari interaksi yang singkat. Padahal ia tidak pernah tahu apa isi/maksud sebenarnya dalam hati laki-laki tersebut, ia hanya bisa menerka dan menggunakan kemampuan merasanya yang “katanya” dalam.

Kedua, posisi laki-laki memiliki sebuah fenomena unik terkait hormon miliknya, sering sekali hormon laki-laki ini bergejolak ketika melihat wanita. Ketika melihat secara langsung wanita yang berparas ayu, atau mungkin ketika melihat foto wanita cantik di sosmed. Sering sekali hormon tersebut bangkit dan sering pula diatasnamakan cinta. Bagaimana ketika paras ayu wanita tersebut terbakar oleh api sehingga merusak total wajahnya, apakah laki-laki akan tetap merasakan cinta? Bagaimana ketika foto wanita cantik di sosmed tadi hanya sebuah “maha karya” camera360 atau aplikasi lain, apakah laki-laki akan tetap merasakan cinta? Atau justru jawaban dari semua pertanyaan itu adalah mencari wanita yang lain? Padahal wanita tersebut orang yang sama, ruh yang sama, jasad yang sama, tapi laki-laki  bisa memiliki perasaan yang berbeda ketika wanita tersebut “berubah”. Itulah efek hormon yang bergejolak tadi, atau bisa kita sebut ia sebagai hawa nafsu.

Disinilah sering terjadi kekeliruan antara cinta dan hawa nafsu. Celakanya hawa nafsu yang tersirat dalam pacaran tersebut sering ditopengkan dengan nama cinta. Padahal tanpa sadar, kita sedang saling menghancurkan kehidupan masing-masing, bahkan beresiko menghancurkan kehidupan keluarga. Dan tetap semua itu disebut atas nama cinta.

Pacaran itulah yang banyak dilakukan terhadap hubungan yang seharusnya dirangkai menjadi indah. Pernikahan seharusnya adalah hubungan yang indah. Namun karena beberapa laki-laki terlalu banyak melihat paras ayu wanita di sosmed, TV, dan kehidupan sehari-hari. Juga beberapa wanita yang begitu saja menyatakan rasa cinta mereka kepada laki-laki. Sehingga akhirnya terkembangkan konsep palsu dalam pikiran kita semua tentang apa itu hakikat cinta.

Aku tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh jatuh cinta, Islam mengajarkan cintah sangat indah dalam bingkai pernikahan dan ukhuwah islamiyah. Namun penurunan moral yang disebut pacaran tadi adalah sebuah hal yang berbeda.

Jika kalian merasa bahwa itu adalah hal yang biasa-biasa saja, maka seharusnya kalian juga biasa saja dan rela melihat anak kandung atau adik kandung kalian sedang bermesraan bersama orang lain diluar hubungan pernikahan yang sah. Apakah kalian bisa menerima hal tersebut? Tentu tidak, jika kalian masih memiliki setitik kesadaran dalam diri kalian.

Dan jika kalian masih memiliki kesadaran dalam hati, maka kalian tahu apa yang harus kalian lakukan. #np Sherina Munaf - Pergilah Kau

Jika kalian pernah menjalin hubungan seperti itu, atau kalian sedang berpacaran sekarang, tidak ada yang tahu akan hal itu, hanya Allah dan kalian yang mengetahui dan menjawabnya apakah itu benar atau salah.

## Tulisan ini dibuat setelah mengalami beberapa perjalanan gelap yang penuh liku, kemudian melakukan beberapa observasi mendalam dan cukup panjang. Tak ada maksud memojokkan beberapa pihak, hanya ingin berbagi kebenaran. Untuk yang keberatan, tidak usah merasa marah atau sewot, aku pun membuka sharing yang “sopan” agar bisa bertukar pikiran terkait hal ini.

Dan di ujung tulisan ini, aku meyakinkan diri akan berada di barisan garis woles. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar